ABSTRAK
Akibat dari kurangnya asupan makanan
baik dalam kuantitas maupun kualitas dapat menyebabkan gangguan terhadap
proses-proses: pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh,
perilaku.struktur dan pola otak. Makanan yang seimbang bagi anak-anak sesuai
aktifitas olahraga yang digelutinya akan membantu dalam memperoleh energi yang
dibutuhkan untuk gerak anak-anak. Anak usia dini memerlukan asupan gizi yang
seimbang untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktifitas olahraga yang
ditekuninya. Protein merupakan salah satu zat gizi yang sangat dibutuhkan anak
usia dini.
Protein memegang peranan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan, selain itu untuk mendukung aktifitas olahraga
anak usia dini. Sejalan dengan manfaat protein sebagai zat gizi yang berperan
dalam pertumbuhan, perkembangan, maka dibutuhkan 15%-20.% protein dari total
kebutuhan atau keluaran per hari. Oleh karena itu anak usia dini perlu
memperhatikan makanan yang dikonsumsi untuk kebutuhannya.
PENDAHULUAN
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap
status gizi seseorang. Status gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh
memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara
umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier. 2001:9). Asupan makanan yang
berlebihan dapat menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Susunan makanan
yang salah dalam jumlah kuantitas dan kualitas yang disebabkan oleh kurangnya
penyediaan pangan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah merupakan faktor
utama (primer) masalah gizi. Akibat dari kurangnya asupan makanan baik dalam
kuantitas maupun kualitas dapat menyebabkan gangguan terhadap proses-proses:
pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, perilaku, struktur dan pola
otak.
Menyangkut masalah anak-anak dan gizi,
bagi mereka asupan makanan yang mengandung nilai gizi tinggi mutlak diperlukan
untuk memelihara, menjaga kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan. Makanan yang
seimbang bagi anak-anak sesuai aktifitas olahraga yang digelutinya akan
membantu dalam memperoleh energi yang dibutuhkan untuk gerak anak-anak. Di
Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah
kurang energi protein (KEP), masalah anemia besi, masalah gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY), masalah kurang vitamin A (KVA), dan masalah obesitas
terutama di kota-kota besar.
Kurang gizi pada usia muda dapat
berpengaruh pada perkembangan mental, kemampuan berpikir, dan menyebabkan
ganguan otak secara permanen (Almatsier, 11:2002). Oleh karena itu pada masa
pertumbuhan dan perkembangan diperlukan asupan yang tepat kuantitas maupun
kualitas guna mendukung prestasi belajar mereka. Kekurangan energi yang berasal
dari makanan, menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja,
dan melakukan aktifitas (terutama aktifitas olahraga). Pada anak-anak
permasalahan makan yang sering terjadi adalah sulitnya makan dengan teratur
sesuai kualitas dan kuantitas makanan. Anak sekolah sering tidak sarapan
terlebih dahulu dengan alasan tergesa-gesa, sudah terlambat. Apalagi remaja
putri yang ingin menjaga tubuhnya tetap langsing sering meninggalkan pola makan
dengan alasan takut gemuk, tampak tidak menarik.
Makanan pada anak-anak harus lebih
diperhatikan zat gizinya terutama protein yang membantu proses pertumbuhan
tinggi badan, selain penyediaan untuk asupan pertumbuhan otak dan kecerdasan.
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat
ini disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur, Protein adalah
sumber asam- asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki
oleh lemak atau karbohidrat. Anak-anak biasanya susah makan (tidak mau makan)
yang menggangu pertumbuhan mereka. Kebiasaan anak yang tidak makan secara
teratur 3 x sehari akan menyebabkan lambung kosong, kadar gula darah menurun,
lemas, sulit konsentrasi, gairah belajar menurun.
Pertumbuhan anak tidak menurut
potensialnya, atau dengan kata lain mengalami kekerdilan disebabkan kurangnya
protein yang dikonsumsi. Protein digunakan sebagai zat pembakar, sehingga
anak-anak yang kekurangan protein otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah
rontok. Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke atas
rata-rata lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan ekonomi rendah
(Almatsier, 11:2002), dikarenakan konsumsi protein anak sosial ekonomi menengah
ke atas lebih terpenuhi nilai gizinya. Pertumbuhan atau penambahan otot hanya
mungkin bila tersedia asam amino yang sesuai termasuk untuk pemeliharaan dan
pertumbuhan. Untuk itulah kita sebagai manusia yang kompeten di bidang olahraga
tidak boleh menganggap sepele masalah makanan bagi anak-anak.
PEMBAHASAN
Protein
Protein merupakan salah satu kelompok
bahan makronutrien, tidak seperti bahan makronutrien lainnya (karbohidrat,
lemak), protein ini berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul
daripada sumber energi. Namun demikian apabila organisme sedang kekurangan
energi, maka protein ini dapat juga di pakai sebagai sumber energi.
Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang selain mengandung N, C,
H, O, kadang mengandung S, P, dan Fe. Protein adalah molekul makro yang
mempunyai berat molekul antara lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri
atas rantai-rantai asam amino, yang terikat satu sama lain dalam ikatan
peptida. Asam amino yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen,
dan nitrogen. Ada beberapa asam amino mengandung unsur-unsur fosfor, besi,
iodium, dan cobalt. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein, karena terdapat
di dalam semua protein akan tetapi tidak terdapat di dalam karbohidrat dan
lemak. Unsur nitrogen merupakan 16% dari berat protein. Molekul protein lebih
kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam hal berat molekul dan
keanekaragaman unit-unit asam amino yang membentuknya. Molekul protein
mengandung pula posfor, belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur
logam seperti besi dan tembaga.
Struktur Protein
Molekul protein merupakan rantai
panjang yang tersusun oleh mata rantai asam-asam amino. Dalam molekul protein,
asam-asam amino saling dirangkaikan melalui reaksi gugusan karboksil asam amino
yang satu dengan gugusan amino dari asam amino yang lain, sehingga terjadi
ikatan yang disebut ikatan peptida. Ikatan pepetida ini merupakan ikatan
tingkat primer. Dua molekul asam amino yang saling diikatkan dengan cara
demikian disebut ikatan dipeptida. Bila tiga molekul asam amino, disebut
tripeptida dan bila lebih banyak lagi disebut polypeptida. Polypeptida yang
hanya terdiri dari sejumlah beberapa molekul asam amino disebut oligopeptida.
Molekul protein adalah suatu polypeptida, dimana sejumlah besar asam-asam
aminonya saling dipertautkan dengan ikatan peptida tersebut (Gaman, P.M, 1992).
Sifat Protein
Protein merupakan molekul yang sangat
besar, sehingga mudah sekali mengalami perubahan bentuk fisik maupun aktivitas
biologis. Banyak faktor yang menyebabkan perubahan sifat alamiah protein
misalnya : panas, asam, basa, pelarut organik, pH, garam, logam berat, maupun
sinar radiasi radioaktif. Perubahan sifat fisik yang mudah diamati adalah
terjadinya penjendalan (menjadi tidak larut) atau pemadatan, Ada protein yang
larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam air, tetapi semua protein
tidak larut dalam pelarut lemak seperti misalnya etil eter. Daya larut protein
akan berkurang jika ditambahkan garam, akibatnya protein akan terpisah sebagai
endapan. Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol, maka protein akan
menggumpal. Hal ini disebabkan alkohol menarik mantel air yang melingkupi
molekul-molekul protein. Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada
ujung-ujung rantai molekul protein, menyebabkan protein mempunyai banyak muatan
dan bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun basa). Dalam larutan
asam (pH rendah), gugus amino bereaksi dengan H+, sehingga protein bermuatan
positif. Bila pada kondisi ini dilakukan elektrolisis, molekul protein akan
bergerak kearah katoda. Dan sebaliknya, dalam larutan basa (pH tinggi) molekul
protein akan bereaksi sebagai asam atau bermuatan negatif, sehingga molekul
protein akan bergerak menuju anoda (Winarno. F.G, 1992).
Jenis – jenis Protein
Berdasarkan bentuknya protein dibedakan
menjadi:
a. Protein fibriler (skleroprotein)
Adalah protein yang berbentuk serabut.
Protein ini tidak larut dalam pelarut-pelarut encer, baik larutan garam, asam
basa ataupun alkohol. Contohnya kolagen yang terdapat pada tulang rawan, miosin
pada otot, keratin pada rambut, dan fibrin pada gumpalan darah.
b. Protein globuler (steroprotein)
Adalah protein yang berbentuk bola.
Protein ini larut dalam larutan garam dan asam encer, juga lebih mudah berubah
dibawah pengaruh suhu, konsentrasi garam, pelarut asam dan basa dibandingkan
protein fibriler. Protein ini mudah terdenaturasi, yaitu susunan molekulnya
berubah diikuti dengan perubahan sifat fisik dan fisiologiknya seperti yang
dialami oleh enzim dan hormon.
Protein dari sudut fungsi fisiologik yaitu berhubungan
dengan daya dukung bagi pertumbuhan badan dan pemeliharaan jaringan dapat
dibedakan menjadi:
a. Protein sempurna, bila protein sanggup mendukung
pertumbuhan badan dan pemeliharaan jaringan. Sangat diperlukan pada masa
pertumbuhan.
Protein setengah sempurna, bila protein sanggup mendukung pemeliharaan jaringan, tetapi tidak dapat mendukung pertumbuhan badan. Protein yang memelihara jaringan yang rusak.
Protein setengah sempurna, bila protein sanggup mendukung pemeliharaan jaringan, tetapi tidak dapat mendukung pertumbuhan badan. Protein yang memelihara jaringan yang rusak.
b. Protein tidak sempurna, bila sama sekali tidak sanggup
menyokong pertumbuhan badan dan pemeliharaan jaringan.
Fungsi dan Peranan
Protein
Protein memegang peranan penting dalam berbagai proses
biologi. Peran-peran tersebut antara lain:
1. Katalisis enzimatik
Hampir semua reaksi kimia dalam sistem biologi dikatalisis
oleh enzim dan hampir semua enzim adalah protein.
2. Transportasi dan penyimpanan
Berbagai
molekul kecil dan ion-ion ditansport oleh protein spesifik. Misalnya
transportasi oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobin dan transportasi
oksigen di dalam otot oleh mioglobin.
3. Koordinasi gerak
Kontraksi
otot dapat terjadi karena pergeseran dua filamen protein. Contoh lainnya adalah
pergerakan kromosom saat proses mitosis dan pergerakan sperma oleh flagela.
4. Penunjang mekanis
Ketegangan
kulit dan tulang disebabkan oleh kolagen yang merupakan protein fibrosa.
5. Proteksi imun
Antibodi
merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat mengenal serta berkombinasi
dengan benda asing seperti virus, bakteri dan sel dari organisma lain.
6. Membangkitkan dan menghantarkan impuls
saraf
Respon
sel saraf terhadap rangsang spesifik diperantarai oleh oleh protein reseptor.
Misalnya rodopsin adalah protein yang sensitive terhadap cahaya ditemukan pada
sel batang retina. Contoh lainnya adalah protein reseptor pada sinapsis.
7. Pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi
Pada
organisme tingkat tinggi, pertumbuhan dan diferensiasi diatur oleh protein
faktor pertumbuhan. Misalnya faktor pertumbuhan saraf mengendalikan pertumbuhan
jaringan saraf. Selain itu, banyak hormon merupakan protein (Santoso, H. 2008).
Ciri-ciri Protein
Protein diperkenalkan sebagai molekul makro pemberi
keterangan, karena urutan asam amino dari protein tertentu mencerminkan
keterangan genetik yang terkandung dalam urutan basa dari bagian yang
bersangkutan dalam DNA yang mengarahkan biosintesis protein. Ciri-ciri protein
adalah sebagai berikut:
1. Susunan kimia yang khas
Setiap
protein individual merupakan senyawa murni
2. Bobot molekular yang khas
Semua
molekul dalam suatu contoh tertentu dari protein murni mempunyai bobot
molekular yang sama. Karena molekulnya yang besar maka protein mudah sekali
mengalami perubahan fisik ataupun aktivitas biologisnya.
3. Urutan asam amino yang khas
Urutan
asam amino dari protein tertentu adalah terinci secara genetik. Akan tetapi,
perubahan-perubahan kecil dalam urutan asam amino dari protein tertentu (Page,
D.S. 1997).
Sumber Protein
Dalam kualifikasi protein berdasarkan
sumbernya, telah kita ketahui protein hewani dan protein nabati. Sumber protein
hewani dapat berbentuk daging dan alat-alat dalam seperti hati, pankreas,
ginjal, paru, jantung , jerohan. Yang terakhir ini terdiri atas babat dan iso
(usus halus dan usus besar). Susu dan telur termasuk pula sumber protein hewani
yang berkualitas tinggi. Ikan, kerang-kerangan dan jenis udang merupakan
kelompok sumber protein yang baik, karena mengandung sedikit lemak, tetapi ada
yang alergi terhadap beberapa jenis sumber protein hasil laut ini. Jenis
kelompok sumber protein hewani ini mengandung sedikit lemak, sehingga baik bagi
komponen susunan hidangan rendah lemak. Namun kerang-kerangan mengandung banyak
kolesterol, sehingga tidak baik untuk dipergunakan dalam diet rendah
kolesterol. Ayam dan jenis burung lain serta telurnya, juga merupakan sumber
protein hewani yang berkualitas baik. Harus diperhatikan bahwa telur bagian
merahnya mengandung banyak kolesterol, sehingga sebaiknya ditinggalkan pada
diet rendah kolesterol (Sediaoetama. A.D, 1985). Sumber protein nabati meliputi
kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, kacang
hijau, kacang koro, kelapa dan lain-lain.
Asam amino yang terkandung dalam
protein ini tidak selengkap pada protein hewani, namun penambahan bahan lain
yaitu dengan mencampurkan dua atau lebih sumber protein yang berbeda jenis asam
amino pembatasnya akan saling melengkapi kandungan proteinnya. Bila dua jenis
protein yang memiliki jenis asam amino esensial pembatas yang berbeda
dikonsumsi bersama-sama, maka kekurangan asam amino dari satu protein dapat
ditutupi oleh asam amino sejenis yang berlebihan pada protein lain. Dua protein
tersebut saling mendukung (complementary) sehingga mutu gizi dari campuran
menjadi lebih tinggi daripada salah satu protein itu. Contohnya yaitu dengan
mencampurkan dua jenis bahan makanan antara campuran tepung gandum dengan
kacang-kacangan, dimana tepung gandum kekurangan asam amino lisin, tetapi asam
amino belerangnya berlebihan, sebaliknya kacang-kacangan kekurangan asam amino
belerang dan kelebihan asam amino lisin. Pencampuran 1: 1 antara tepung gandum
dan kacang-kacangan akan membentuk bahan makanan campuran yang telah
meningkatkan mutu protein nabati. Karena itu susu dengan serealia, nasi dengan
tempe, kacang-kacangan dengan daging atau roti, bubur kacang hijau dengan ketan
hitam merupakan kombinasi menu yang dapat meningkatkan mutu protein.
Pertumbuhan dan
Perkembangan
Pada masa anak-anak terjadi pertumbuhan
dan perkembangan secara pesat, keduanya beriringan secara paralel. Menurut
Supariasa, (2002:27). Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, besarnya
tulang, kerangka, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter). Sedangkan perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang komplek
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai proses pematangan atau
perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif, yaitu perubahan dalam
struktur dan atau fungsi organ tubuh yang terlihat dari perilaku anak, seperti
kemampuan memecahkan masalah (ingin mengambil mainan di atas meja yang tinggi
dan tidak terjangkau lalu punya ide naik di atas kursi), berkomunikasi secara
verbal (menceritakan pengalaman atau ide-ide yang ada di pikirannya). Selain
komunikasi verbal dan kemampuan berpikir seperti yang dicontohkan di atas, hal
lain yang termasuk pula dalam perkembangan adalah kreatifitas, reaksi emosi dan
perilaku anak secara umum. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan lebih
menekankan pada aspek fisik, sedangkan perkembangan pada aspek pematangan
organ, terutama kemampuan system syaraf pusat. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ada dua yaitu faktor internal dan faktor ekternal seperti status
gizi.
Aktifitas Olahraga
Aktifitas olahraga merupakan suatu
kegiatan (olahraga) yang dilakukan dengan tujuan dan maksud tertentu, yang
didalamnya terdapat proses penggunaan energi yang menunjang gerak. Olahraga
membutuhkan kalori tertentu untuk mendukung supaya gerak dan aktifitasnya dapat
tercapai secara maksimal. Aktifitas olahraga mempunyai beberapa tujuan antara
lain untuk: berprestasi, kesehatan, pariwisata, pertumbuhan dan perkembangan,
kegembiraan dan kesenangan. Setiap orang mempunyai tujuan yang berbeda,
sehingga aktifitas olahraga yang dilakukan berbeda dalam intesitas, durasi,
recovery, intervalnya.
KESIMPULAN
Protein sangat penting untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Protein merupakan zat gizi kunci
untuk pertumbuhan fisik anak karena sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang
dan otot. Protein juga dibutuhkan untuk perkembangan fungsi otak sehingga dapat
meningkatkan fungsi belajar/kognitif anak. Proporsi makanan yang sehat
sebaiknya mengandung 15-20% protein, yang dikomsumsi perharinya. Kebutuhan
protein dapat ditentukan dengan cara menghitung jumlah nitrogen yang
dikeluarkan melalui urine. Protein membantu mengganti sel tubuh yang rusak,
pada aktifitas olahrga sering ditemukan beberapa kerusakan jaringan tubuh
manusia dikarenakan cedera setelah melakukan aktifitas fisik seperti: sprain,
strain, atupun faktur. Disinilah protein sangat diperlukan untuk aktifitas
olahraga guna mengganti sel yang rusak, oleh karena itu anak usia dini sangat
membutuhkan keseimbangan konsumsi protein untuk aktifitas olahraga yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Gramedia, Jakarta.
Almatsier, S. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Cameron, N. 2002. Human Growth and Development. California: Academic Press.
Gaman. M. 1992. Ilmu Pangan, Penghantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Gaman PM, Sherrington KB. 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi, Murdijati G, et al, penerjemah. Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: The Science of Food, An Introduction to Food Science, Nutrition and Microbiology.
Hardinsyah dan Drajat, M. (1989). Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta: Wirasari.
I Dewa Nyoman Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
Mcardle, D. (1986). Exercise Physiology Energy, Nutrition, and Human Performance. Second Edition. Philadelpia.
Page. D.S. (1997). Prinsip-Prinsip Biokimia. Edisi Kedua. Penerjemah R. Soendoro. Jakarta: Erlangga.
Santoso, H. 2008. Protein dan Enzim. (http://www.heruswn.teachnology.com/) diakses tanggal 5 Agustus 2010.
Sediaoetama, A. D. 1985. Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa. Jilid I. Dian
Rakyat. Jakarta.
Supariasa. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta
Almatsier, S. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Cameron, N. 2002. Human Growth and Development. California: Academic Press.
Gaman. M. 1992. Ilmu Pangan, Penghantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Gaman PM, Sherrington KB. 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi, Murdijati G, et al, penerjemah. Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: The Science of Food, An Introduction to Food Science, Nutrition and Microbiology.
Hardinsyah dan Drajat, M. (1989). Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta: Wirasari.
I Dewa Nyoman Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
Mcardle, D. (1986). Exercise Physiology Energy, Nutrition, and Human Performance. Second Edition. Philadelpia.
Page. D.S. (1997). Prinsip-Prinsip Biokimia. Edisi Kedua. Penerjemah R. Soendoro. Jakarta: Erlangga.
Santoso, H. 2008. Protein dan Enzim. (http://www.heruswn.teachnology.com/) diakses tanggal 5 Agustus 2010.
Sediaoetama, A. D. 1985. Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa. Jilid I. Dian
Rakyat. Jakarta.
Supariasa. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta
Untuk makalahnya Manfaat Protein untuk Mendukung Aktifitas Olahraga, Pertumbuhan, dan Perkembangan Anak Usia Dini.DOC
Artikel terkait :